My knowledge of pain, learned with the sabre, taught me not to be afraid. And just as in dueling when you must concentrate on your enemy's cheek, so, too, in war. You cannot waste time on feinting and sidestepping. You must decide on your target and go in.- Otto Skorzeny
Perwira Waffen-SS legendaris, Otto Skorzeny adalah salah satu tokoh paling eksentrik di Perang Dunia II. Pria yang seakan haus ketegangan dan kecanduan akan bahaya ini memiliki karir militer yang dipenuhi intrik dan petualangan yang penuh resiko dan menuntut keberanian yang luar biasa.
Skorzeny adalah orang yang bertanggung jawab atas penyelamatan Benito Mussolini di sebuah penginapan di puncak gunung di Italia. Dia adalah orang yang berada di balik penculikan anak Miklos Horthy, yang mengakibatkan Raja Hungaria tersebut terpaksa menuruti keinginan Jerman. Dia adalah dalang di balik kekacauan internal pasukan Sekutu pada saat Penyerangan Ardennes. Dia adalah orang yang membuat komandan tertinggi Sekutu, Dwight D. Eisenhower tidak dapat beranjak dari markasnya di Versailles pada saat pekan Hari Natal tahun 1944 untuk menghindari pencobaan pembunuhan. Di akhir perang, Skorzeny menyerah kepada pihak Sekutu, hanya untuk melarikan diri beberapa tahun setelah penangkapannya.
Prestasinya sesudah Perang Dunia II mereda juga luar biasa. Dia menjual jasanya sebagai kontraktor perang kepada Amerika Serikat dan Uni Soviet semasa Perang Dingin. Dia bekerja sebagai penasehat untuk pemerintahan Peron di Argentina dan membuat organisasi khusus yang bertujuan membantu rekan sejawatnya saat Perang Dunia II dalam menghindari pengadilan militer. Dia juga dikabarkan memiliki koneksi khusus dengan IRA ( Irish Revolutionary Army ). Dia juga menciptakan sebuah organisasi paramiliter yang berkedok sebagai konsultan keamanan, yang sebenarnya adalah sebuah agensi untuk merekrut dan mengorganisir tentara bayaran demi membantu rezim - rezim fasis di seluruh dunia.
Berikut ini adalah sekelumit kisah dari seorang tentara bengis nan pemberani yang dijuluki "Pria Paling Berbahaya di Eropa."
I. The Scarface Commando
Otto Skorzeny lahir di Vienna, Austria pada tanggal 12 Juni 1908. Dia lahir di keluarga kelas menengah yang terhitung cukup mampu di saat itu. Tumbuh besar bersama keluarga yang punya sejarah militer panjang, Skorzeny sering berpartisipasi dalam pertandingan anggar saat dia sedang memangku pendidikan sebagai mahasiswa teknik di sebuah universitas di Vienna.
Skorzeny mendapatkan luka codet panjang di pipi kirinya dalam sebuah pertandingan anggar. Dalam tradisi, luka yang didapatnya dalam pertandingan seperti ini adalah sebuah tanda kehormatan. Luka ini akhirnya menjadi ciri khasnya yang terkenal bersama dengan kumis tipi serta tubuh bongsornya yang kurang lebih setinggi 1,9 meter. Dengan tubuh yang sangat tinggi dan kekar, sosoknya sangat mengesankan, namun di satu sisi, mengancam.
Muak dengan depresi ekonomi yang berlangsung di Austria, Skorzeny akhirnya bergabung dengan Partai Nazi Austria pada tahun 1931. Pada tanggal 12 Maret 1938, Skorzeny memimpin sekelompok pemuda Austria dan berhasil memimpin mereka untuk menyelamatkan Presiden Austria, Wilhelm Miklas dari sebuah percobaan pembunuhan saat aneksasi Jerman atas Austria. Hal ini menarik perhatian Ernst Kaltenbrunner, ketua SS Austria. Skorzeny pun akhirnya bekerja di bawah Kaltenbrunner.
Invasi Jerman ke Polandia menandai awal dari Perang Dunia II di Eropa. Skorzeny pun menyatakan niatnya untuk bergabung dengan Luftwaffe, angkatan udara Jerman. Sayangnya, Skorzeny yang memang sempat beraspirasi untuk menjadi pilot dan punya pengalaman khusus dalam mengoperasikan pesawat terbang pun ditolak karena tinggi badannya yang tidak cocok, serta umurnya yang sudah terhitung terlalu tua untuk menjadi seorang pilot pesawat tempur.
Skorzeny pun akhirnya ditransfer ke angkatan darat Jerman. Dari sini, ia memulai karirnya sebagai Divisi Pertama SS, "Leibstandarte Adolf Hitler", sebuah pasukan elit yang bertugas sebagai bodyguard untuk sang Fuhrer, Adolf Hitler. Setahun kemudian, dia pun dipindahkan ke divisi SS yang lain, "Das Reich" dengan pangkat letnan dua.
Karena latar belakang pendidikannya sebagai insinyur, Skorzeny juga diangkat menjadi petugas teknis yang bertugas untuk mengawasi peralatan tempur divisinya. Dia terhitung cukup ahli dalam tugasnya ini, namun caranya yang tidak wajar sering membuatnya mendapat masalah. Dia tidak ragu untuk mencuri suku cadang dari divisi lain.
Skorzeny sempat berpartisipasi dalam pertempuran di Prancis dan Belanda, namun peran yang ia dapat cenderung minor. Di Yugoslavia, Skorzeny berhasil mencetak prestasi gemilang saat resimennya dikirim untuk menumpas pemberontak yang telah mengulingkan Pangeran Paul Karadjordjevic karena kedekatannya dengan Adolf Hitler pada tanggal 26 Maret 1941. Tiga hari setelah invasi berlangsung, Skorzeny berhasil menangkap lima puluh empat tentara dan perwira Yugoslavia.
Di bulan Juni 1941, Skorzeny berpartisipasi dalam Operasi Barbarossa, fase pertama dari invasi Jerman ke Uni Soviet. Dia membawahi sejumlah teknisi yang nantinya akan ditugaskan untuk mengambil alih bangunan penting milik Partai Komunis Rusia pada seusai Moskwa, ibukota Rusia berhasil dikuasai oleh Jerman seusai Invasi Moskwa yang terjadi pada bulan Oktober 1941. Dia juga diperintahkan oleh Hitler untuk mengambil alih pintu air kanal Moskwa-Volga dan menggunakannya untuk mengubah Moskwa menjadi danau buatan. Misi - misi tersebut pun terpaksa dibatalkan, karena pasukan Uni Soviet berhasil menahan serangan pasukan Jerman, dan mendorong mereka keluar dari daerah luar Moskwa.
Dalam sebuah pertempuran, Skorzeny terkena pecahan peluru yang ditembakkan oleh artileri Katyusha milik Uni Soviet di kepalanya yang mengakibatkan luka yang cukup serius. Dia pun dibawa ke pos medis terdekat, dan mendapatkan pertolongan pertama. Meski keadaannya melemah, Skorzeny menolak untuk mundur, dan memilih untuk tetap bertempur. Selang beberapa jam, keadaan Skorzeny pun semakin kritis, dan dia pun terpaksa dievakuasi dari medan perang. Usai dievakuasi, Skorzeny pun dikirim kembali ke Vienna untuk menjalani pengobatan. Atas keberaniannya, dia dianugerahkan medali Iron Cross.
Sembari menunggu keadaannya pulih kembali, Skorzeny bekerja sebagai staff teknis dalam Waffen-SS di Berlin. Selama masa pemulihannya ini, Skorzeny menghabiskan waktu luangnya untuk mempelajari taktik perang unkonvensional secara ekstensif. Setelah berdiskusi dengan rekan seangkatannya berkenaan dengan hal ini, Skorzeny pun mengajukan proposal kepada atasannya untuk membentuk sebuah pasukan khusus dengan taktik perang yang unik.
Skorzeny berargumen, lewat pengalamannya di Rusia, bahwa pasukan Jerman pada awal peperangan berhasil melaksanakan banyak taktik perang yang inovatif, namun perlahan, seiring berjalannya waktu, merosot menjadi sekedar perang adu jumlah yang dilancarkan hingga pihak lawan kelelahan dan kehabisan sumber daya. Skorzeny pun menawarkan solusi atas hal ini, yakni lewat proposalnya yang menawarkan pembuatan pasukan khusus dengan metode perang unkonvesional, lewat sabotase dan spionase untuk menimbulkan kekacauan di dalam tubuh pasukan musuh.
Proposalnya akhirnya diangkat pada bulan April tahun 1943. Skorzeny dipanggil oleh Walter Schellenberg, kepala intelejen luar negeri SS setelah mendapatkan dari Kaltenbrunner yang kini menjabat sebagai ketua SS-Reichssicherheitshauptamt, kelompok polisi rahasia Jerman. Schellenberg menyatakan bahwa Waffen-SS sedang membutuhkan seorang perwira yang bisa ditugaskan untuk melakukan berbagai misi rahasia.
Kaltenbrunner mengenal Skorzeny semenjak masa sebelum perang dimulai. Dia mengetahui dengan jelas dedikasi Skorzeny, keberaniannya serta loyalitasnya kepada Reich Ketiga. Kaltenbrunner pun tahu bahwa Skorzeny adalah orang yang paling tepat untuk mendapatkan peran ini. Skorzeny pun dengan senang hati menerima tawaran tersebut dan dia pun diberikan kuasa atas SS Friedenthal. Beranggotakan tiga ratus personil. unit ini pun diganti namanya menjadi 502nd SS Jaeger Batallion. Setiap anggotanya dituntut untuk pandai berenang, menggunakan parasut, serta memiliki pengetahuan yang dalam seputar senjata api, bahan peledak dan artileri. Mereka juga harus mengetahui cara mengoperasikan mobil, sepeda motor, perahu hingga lokomotif dan pesawat terbang.
Otto Skorzeny lahir di Vienna, Austria pada tanggal 12 Juni 1908. Dia lahir di keluarga kelas menengah yang terhitung cukup mampu di saat itu. Tumbuh besar bersama keluarga yang punya sejarah militer panjang, Skorzeny sering berpartisipasi dalam pertandingan anggar saat dia sedang memangku pendidikan sebagai mahasiswa teknik di sebuah universitas di Vienna.
Skorzeny mendapatkan luka codet panjang di pipi kirinya dalam sebuah pertandingan anggar. Dalam tradisi, luka yang didapatnya dalam pertandingan seperti ini adalah sebuah tanda kehormatan. Luka ini akhirnya menjadi ciri khasnya yang terkenal bersama dengan kumis tipi serta tubuh bongsornya yang kurang lebih setinggi 1,9 meter. Dengan tubuh yang sangat tinggi dan kekar, sosoknya sangat mengesankan, namun di satu sisi, mengancam.
Muak dengan depresi ekonomi yang berlangsung di Austria, Skorzeny akhirnya bergabung dengan Partai Nazi Austria pada tahun 1931. Pada tanggal 12 Maret 1938, Skorzeny memimpin sekelompok pemuda Austria dan berhasil memimpin mereka untuk menyelamatkan Presiden Austria, Wilhelm Miklas dari sebuah percobaan pembunuhan saat aneksasi Jerman atas Austria. Hal ini menarik perhatian Ernst Kaltenbrunner, ketua SS Austria. Skorzeny pun akhirnya bekerja di bawah Kaltenbrunner.
Invasi Jerman ke Polandia menandai awal dari Perang Dunia II di Eropa. Skorzeny pun menyatakan niatnya untuk bergabung dengan Luftwaffe, angkatan udara Jerman. Sayangnya, Skorzeny yang memang sempat beraspirasi untuk menjadi pilot dan punya pengalaman khusus dalam mengoperasikan pesawat terbang pun ditolak karena tinggi badannya yang tidak cocok, serta umurnya yang sudah terhitung terlalu tua untuk menjadi seorang pilot pesawat tempur.
Skorzeny pun akhirnya ditransfer ke angkatan darat Jerman. Dari sini, ia memulai karirnya sebagai Divisi Pertama SS, "Leibstandarte Adolf Hitler", sebuah pasukan elit yang bertugas sebagai bodyguard untuk sang Fuhrer, Adolf Hitler. Setahun kemudian, dia pun dipindahkan ke divisi SS yang lain, "Das Reich" dengan pangkat letnan dua.
Karena latar belakang pendidikannya sebagai insinyur, Skorzeny juga diangkat menjadi petugas teknis yang bertugas untuk mengawasi peralatan tempur divisinya. Dia terhitung cukup ahli dalam tugasnya ini, namun caranya yang tidak wajar sering membuatnya mendapat masalah. Dia tidak ragu untuk mencuri suku cadang dari divisi lain.
Skorzeny sempat berpartisipasi dalam pertempuran di Prancis dan Belanda, namun peran yang ia dapat cenderung minor. Di Yugoslavia, Skorzeny berhasil mencetak prestasi gemilang saat resimennya dikirim untuk menumpas pemberontak yang telah mengulingkan Pangeran Paul Karadjordjevic karena kedekatannya dengan Adolf Hitler pada tanggal 26 Maret 1941. Tiga hari setelah invasi berlangsung, Skorzeny berhasil menangkap lima puluh empat tentara dan perwira Yugoslavia.
Di bulan Juni 1941, Skorzeny berpartisipasi dalam Operasi Barbarossa, fase pertama dari invasi Jerman ke Uni Soviet. Dia membawahi sejumlah teknisi yang nantinya akan ditugaskan untuk mengambil alih bangunan penting milik Partai Komunis Rusia pada seusai Moskwa, ibukota Rusia berhasil dikuasai oleh Jerman seusai Invasi Moskwa yang terjadi pada bulan Oktober 1941. Dia juga diperintahkan oleh Hitler untuk mengambil alih pintu air kanal Moskwa-Volga dan menggunakannya untuk mengubah Moskwa menjadi danau buatan. Misi - misi tersebut pun terpaksa dibatalkan, karena pasukan Uni Soviet berhasil menahan serangan pasukan Jerman, dan mendorong mereka keluar dari daerah luar Moskwa.
Dalam sebuah pertempuran, Skorzeny terkena pecahan peluru yang ditembakkan oleh artileri Katyusha milik Uni Soviet di kepalanya yang mengakibatkan luka yang cukup serius. Dia pun dibawa ke pos medis terdekat, dan mendapatkan pertolongan pertama. Meski keadaannya melemah, Skorzeny menolak untuk mundur, dan memilih untuk tetap bertempur. Selang beberapa jam, keadaan Skorzeny pun semakin kritis, dan dia pun terpaksa dievakuasi dari medan perang. Usai dievakuasi, Skorzeny pun dikirim kembali ke Vienna untuk menjalani pengobatan. Atas keberaniannya, dia dianugerahkan medali Iron Cross.
Sembari menunggu keadaannya pulih kembali, Skorzeny bekerja sebagai staff teknis dalam Waffen-SS di Berlin. Selama masa pemulihannya ini, Skorzeny menghabiskan waktu luangnya untuk mempelajari taktik perang unkonvensional secara ekstensif. Setelah berdiskusi dengan rekan seangkatannya berkenaan dengan hal ini, Skorzeny pun mengajukan proposal kepada atasannya untuk membentuk sebuah pasukan khusus dengan taktik perang yang unik.
Skorzeny berargumen, lewat pengalamannya di Rusia, bahwa pasukan Jerman pada awal peperangan berhasil melaksanakan banyak taktik perang yang inovatif, namun perlahan, seiring berjalannya waktu, merosot menjadi sekedar perang adu jumlah yang dilancarkan hingga pihak lawan kelelahan dan kehabisan sumber daya. Skorzeny pun menawarkan solusi atas hal ini, yakni lewat proposalnya yang menawarkan pembuatan pasukan khusus dengan metode perang unkonvesional, lewat sabotase dan spionase untuk menimbulkan kekacauan di dalam tubuh pasukan musuh.
Proposalnya akhirnya diangkat pada bulan April tahun 1943. Skorzeny dipanggil oleh Walter Schellenberg, kepala intelejen luar negeri SS setelah mendapatkan dari Kaltenbrunner yang kini menjabat sebagai ketua SS-Reichssicherheitshauptamt, kelompok polisi rahasia Jerman. Schellenberg menyatakan bahwa Waffen-SS sedang membutuhkan seorang perwira yang bisa ditugaskan untuk melakukan berbagai misi rahasia.
Kaltenbrunner mengenal Skorzeny semenjak masa sebelum perang dimulai. Dia mengetahui dengan jelas dedikasi Skorzeny, keberaniannya serta loyalitasnya kepada Reich Ketiga. Kaltenbrunner pun tahu bahwa Skorzeny adalah orang yang paling tepat untuk mendapatkan peran ini. Skorzeny pun dengan senang hati menerima tawaran tersebut dan dia pun diberikan kuasa atas SS Friedenthal. Beranggotakan tiga ratus personil. unit ini pun diganti namanya menjadi 502nd SS Jaeger Batallion. Setiap anggotanya dituntut untuk pandai berenang, menggunakan parasut, serta memiliki pengetahuan yang dalam seputar senjata api, bahan peledak dan artileri. Mereka juga harus mengetahui cara mengoperasikan mobil, sepeda motor, perahu hingga lokomotif dan pesawat terbang.
II. Operation Francois - A Shaky Start
Misi pertama 502nd Jaeger Battalion dilaksanakan pada musim panas tahun 1943. Unit ini diterjunkan ke Iran untuk bernegosiasi penduduk setempat sehingga diharapkan dapat membantu Jerman dengan menyabotase suplai yang dikirimkan oleh Amerika Serikat dan Inggris kepada Uni Soviet. Operasi ini dinilai gagal oleh Skorzeny, yang saat itu masih ada di Jerman untuk melatih pasukan baru, karena seiring berjalannya waktu, suplai yang dibutuhkan pasukan semakin besar, sementara pengirimannya tak kunjung datang. Penduduk setempat juga tidak semakin tidak menunjukkan niat untuk membantu Jerman. Dikatakan, pasukan Jerman membawa sejumlah sogokan berupa emas untuk membujuk para penduduk setempat untuk membantu mereka, namun di saat sogokan sudah tidak mengalir ke mereka, para penduduk setempat akhirnya memilih untuk berpihak pada pasukan Sekutu.
Meski 502nd Jaeger Battalion mengawali karir mereka dengan hasil kerja yang buruk, hal yang luar biasa telah menanti mereka di masa depan. Selagi pasukannya sedang melaksanakan Operasi Francois di Iran, Skorzeny dipanggil oleh sang Fuhrer sendiri, Adolf Hitler.
Misi pertama 502nd Jaeger Battalion dilaksanakan pada musim panas tahun 1943. Unit ini diterjunkan ke Iran untuk bernegosiasi penduduk setempat sehingga diharapkan dapat membantu Jerman dengan menyabotase suplai yang dikirimkan oleh Amerika Serikat dan Inggris kepada Uni Soviet. Operasi ini dinilai gagal oleh Skorzeny, yang saat itu masih ada di Jerman untuk melatih pasukan baru, karena seiring berjalannya waktu, suplai yang dibutuhkan pasukan semakin besar, sementara pengirimannya tak kunjung datang. Penduduk setempat juga tidak semakin tidak menunjukkan niat untuk membantu Jerman. Dikatakan, pasukan Jerman membawa sejumlah sogokan berupa emas untuk membujuk para penduduk setempat untuk membantu mereka, namun di saat sogokan sudah tidak mengalir ke mereka, para penduduk setempat akhirnya memilih untuk berpihak pada pasukan Sekutu.
Meski 502nd Jaeger Battalion mengawali karir mereka dengan hasil kerja yang buruk, hal yang luar biasa telah menanti mereka di masa depan. Selagi pasukannya sedang melaksanakan Operasi Francois di Iran, Skorzeny dipanggil oleh sang Fuhrer sendiri, Adolf Hitler.
III. Operation Oak - The Rescue of Il Duce
Adolf Hitler, yang sedang berada di Wolfsschanze atau Sarang Serigala, sebuah markas militer Jerman di Rastenburg, Prusia Timur mendapatkan berita yang membuatnya geram. Sekutunya, Benito Mussolini, Il Duce, diktator Italia, baru saja digulingkan oleh pengikutnya sendiri.
Rakyat Italia sudah jengah terhadap diktatornya yang megalomania. Dalam empat tahun, Italia kehilangan banyak putranya di medan perang dan wilayah jajahannya di Afrika Utara dan Afrika Timur. Sisilia, sebuah pulau yang cukup besar di selatan Italia akhirnya dikuasai oleh pihak Sekutu dan invasi Sekutu ke Italia pun tak terelakkan.
Pada tanggal 25 Juli 1943, beberapa minggu seusai Invasi Sekutu ke Sisilia, Dewan Agung Fasisme Italia berencana untuk menggulingkan Mussolini dan Pietro Badoglio terpilih untuk menggantikan posisinya sebagai kepala pemerintahan Italia. Mussolini sendiri pun ditangkap atas perintah Raja Victor Emmanuel III. Penggulingan Mussolini berjalan cepat dan tanpa pertumpahan darah.
Kejadian ini pun membuat Hitler cemas. Penangkapan Mussolini bisa saja mengakibatkan Italia memilih untuk berdamai atau bahkan berpihak pada lawan. Pihak Italia tahu bahwa Jerman akan mengirimkan pasukan khusus untuk menyelamatkan Mussolini, sehingga mereka menyembunyikan Mussolini dengan hati - hati dengan memindahkannya dari satu tempat ke tempat lain di Italia.
Hitler pun memanggil Skorzeny dan lima pemimpin pasukan khusus lain selain Skorzeny ke Sarang Serigala. Skorzeny yang belum pernah bertemu langsung dengan sang Fuhrer adalah perwira yang memiliki pangkat terrendah. Hitler pun menanyakan dua pertanyaan ke setiap dari mereka. Pertanyaan tersebut adalah:
1. Apakah kau familiar dengan Italia?
2. Bagaimana pendapatmu akan Italia?
Pertanyaan pertama dijawab Skorzeny dengan kata "Iya", karena di tahun 1935, dia pernah berbulan madu bersama istrinya di Italia. "Saya adalah orang Austria, Fuhrer," adalah jawaban atas pertanyaan kedua Hitler. Skorzeny tahu bahwa Hitler yang juga orang Austria tentu mengenal jelas permusuhan yang mendarah daging antara Austria dan Italia yang semakin parah saat Perang Dunia I.
Puas mendengar jawaban Skorzeny, Hitler membubarkan kelima perwira lain selain Skorzeny, lalu memberitahukan berita yang baru saja ia dapatkan kepada Skorzeny. Dia dan 502nd Jaeger Batallion pun ditugaskan untuk menyelamatkan Mussolini sebelum ia diserahkan kepada pihak Sekutu, bagaimanapun caranya.
Adolf Hitler, yang sedang berada di Wolfsschanze atau Sarang Serigala, sebuah markas militer Jerman di Rastenburg, Prusia Timur mendapatkan berita yang membuatnya geram. Sekutunya, Benito Mussolini, Il Duce, diktator Italia, baru saja digulingkan oleh pengikutnya sendiri.
Rakyat Italia sudah jengah terhadap diktatornya yang megalomania. Dalam empat tahun, Italia kehilangan banyak putranya di medan perang dan wilayah jajahannya di Afrika Utara dan Afrika Timur. Sisilia, sebuah pulau yang cukup besar di selatan Italia akhirnya dikuasai oleh pihak Sekutu dan invasi Sekutu ke Italia pun tak terelakkan.
Pada tanggal 25 Juli 1943, beberapa minggu seusai Invasi Sekutu ke Sisilia, Dewan Agung Fasisme Italia berencana untuk menggulingkan Mussolini dan Pietro Badoglio terpilih untuk menggantikan posisinya sebagai kepala pemerintahan Italia. Mussolini sendiri pun ditangkap atas perintah Raja Victor Emmanuel III. Penggulingan Mussolini berjalan cepat dan tanpa pertumpahan darah.
Kejadian ini pun membuat Hitler cemas. Penangkapan Mussolini bisa saja mengakibatkan Italia memilih untuk berdamai atau bahkan berpihak pada lawan. Pihak Italia tahu bahwa Jerman akan mengirimkan pasukan khusus untuk menyelamatkan Mussolini, sehingga mereka menyembunyikan Mussolini dengan hati - hati dengan memindahkannya dari satu tempat ke tempat lain di Italia.
Hitler pun memanggil Skorzeny dan lima pemimpin pasukan khusus lain selain Skorzeny ke Sarang Serigala. Skorzeny yang belum pernah bertemu langsung dengan sang Fuhrer adalah perwira yang memiliki pangkat terrendah. Hitler pun menanyakan dua pertanyaan ke setiap dari mereka. Pertanyaan tersebut adalah:
1. Apakah kau familiar dengan Italia?
2. Bagaimana pendapatmu akan Italia?
Pertanyaan pertama dijawab Skorzeny dengan kata "Iya", karena di tahun 1935, dia pernah berbulan madu bersama istrinya di Italia. "Saya adalah orang Austria, Fuhrer," adalah jawaban atas pertanyaan kedua Hitler. Skorzeny tahu bahwa Hitler yang juga orang Austria tentu mengenal jelas permusuhan yang mendarah daging antara Austria dan Italia yang semakin parah saat Perang Dunia I.
Puas mendengar jawaban Skorzeny, Hitler membubarkan kelima perwira lain selain Skorzeny, lalu memberitahukan berita yang baru saja ia dapatkan kepada Skorzeny. Dia dan 502nd Jaeger Batallion pun ditugaskan untuk menyelamatkan Mussolini sebelum ia diserahkan kepada pihak Sekutu, bagaimanapun caranya.
IV. Operation Oak - Mission Impossible
Demi kerahasiaan, Skorzeny ditugaskan di bawah kuasa Kurt Student, jendral dari Fallschirmjager, resimen penerjun payung Jerman. Setelah pertemuan di hari itu, Skorzeny dan anak buahnya serta badan intelijen Jerman mencari informasi dan menyusup darimanapun mereka bisa. Beberapa operasi penyelamatan telah dilancarkan, namun pada akhirnya, mereka selalu telat selangkah, karena musuh telah memindahkan target penyelamatan, Mussolini ke berbagai tempat di Italia.
Pertama, Mussolini dibawa ke pulau Ponza, dekat Naples. Lalu kemudian, ia dipindahkan ke sebuah markas Angkatan Laut Italia di La Maddalena, Sardinia. Skorzeny yang mendapatkan berita tersebut pun segera berangkat bersama anak buahnya ke pulau tersebut dengan pesawat terbang, namun berhasil ditembak oleh pesawat Sekutu. Skorzeny dan anak buahnya pun diselamatkan oleh sebuah kapal perang sebelum Mussolini akhirnya dipindahkan lagi.
Sementara itu, ada peristiwa baru yang menuntut Skorzeny untuk menuntaskan pekerjaannya lebih cepat. Pada tanggal 3 September 1943, pasukan sekutu telah menginvasi Italia, dan Badolio, sang perdana menteri baru telah memerintahkan pasukannya untuk berhenti melawan musuh mereka.
Informasi baru telah masuk ke badan intelijen Jerman. Mussolini dilaporkan berada di sebuah hotel di Gran Sasso yang merupakan puncak tertinggi gunung Apennine dan hanya bisa diakses dengan kereta gantung. Daerah yang berjarak seratus tiga puluh kilometer dari Roma itu dilindungi kurang lebih dua ratus lima puluh pasukan Italia.
Skorzeny, Student dan Harald Mors, salah seorang komandan Fallschirmjager pun membuat rencana penyelamatan. Rencana tersebut sederhana, namun sulit untuk dilakukan. Rencananya adalah sebagai berikut:
Dua belas pesawat layang DFS 230, yang membawa pasukan akan diterbangkan satu persatu ke atas Gran Sasso. Setiap pilot harus berusaha menerobos tekanan angin yang kuat di atas ketinggian 9.500 kaki dan mencoba mendarat di dekat hotel yang dikelilingi tebing terjal tersebut.
Saat sudah mendarat, pasukan tersebut harus menyusup dan menyelamatkan Mussolini sebelum ketahuan oleh para penjaga.
Pasukan bantuan akan datang dengan truk dan menjaga stasiun kereta gantung di bawah gunung.
Mussolini kemudian akan dibawa pergi dari Gran Sasso dengan pesawat terbang Stork.
Pada tanggal 10 September, Skorzeny menaiki pesawat terbang militer. Dia mengitari daerah sekitar atas hotel dan memotret titik - titik ia akan mendaratkan pesawat layangnya.
Tanggal 12 September pun menjadi hari dieksekusinya rencana tersebut. Pasukan penyelamat yangterdiri 108 personel yang berisi 81 penerjun payung serta Skorzeny, 25 orang anak buahnya, dan seorang "tamu" pun lepas landas dari bandar udara Practica di Roma. "Tamu" tersebut adalah Jendral Fernando Soleti, salah seorang petinggi polisi militer Italia yang telah diculik oleh Skorzeny. Kehadirannya diharapkan dapat membuat para pasukan penjaga mau bekerja sama, atau setidaknya, kebingungan.
Tidak ada waktu untuk membuat peta khusus untuk para pilot, sehingga mereka diperintahkan untuk mengikuti arah perjalanan pesawat layang yang dioperasikan oleh satu - satunya pilot yang mengetahui arah navigasi di daerah Gran Sasso yang diterbangkan paling depan.
Pada pukul satu siang, kejadian buruk menimpa Skorzeny. Dua pesawat layang terdepan pun terjatuh tidak lama setelah lepas landas. Pesawat Skorzeny yang berada di urutan ketiga mau tidak mau harus menjadi penunjuk jalan. Skorzeny kini mau tidak mau harus menjadi pemimpin operasi. Tanpa peta, Skorzeny pun mengeluarkan bayonetnya, lalu menorehkannya ke lantai pesawat, membentuk sebuah lubang penglihatan kecil. Lewat ingatannya akan penerbangannya pada dua hari yang lalu, dia pun memandu penerbangan pesawat layang yang ditumpanginya.
Dalam perjalanan, dua pesawat layang terpisah dari rombongan. Sekarang hanya ada delapan pesawat layang dalam operasi ini. Satu jam kemudian, pesawat layang yang mereka tumpangi hampir mendekati targetnya. Untuk menghindari suara pendaratan mereka terdengar oleh para pasukan penjaga, mereka pun mematikan mesin pesawat. Pesawat layang bersiap untuk mendarat tanpa suara, namun saat mereka semakin dekat dengan tempat pendaratan, Skorzeny baru menyadari, bahwa tempat tersebut lebih sempit dari yang ia duga. Tempat itu dipenuhi batu yang terjal.
Sudah terlambat untuk mundur. Skorzeny telah berjanji untuk membebaskan Mussolini apapun resikonya. Ia pun memerintahkan pilot untuk mendaratkan pesawatnya. Pendaratan yang penuh goncangan ini mengakibatkan pesawat layang Skorzeny berhenti kira - kira lima belas meter dari hotel.
Sehabis pendaratan yang tidak mulus itu, Skorzeny mendorong Jendral Soleti keluar dari pesawat. Saat dia mencoba keluar dari pesawatnya, dia melihat sosok Mussolini di jendela yang berada di lantai dua hotel. Skorzeny pun memerintahkan anak buahnya untuk segera berlari ke pintu masuk hotel.
Setelah memasuki hotel bersama anak buahnya dan Soleti, Skorzeny bergegas berlari menuju ruangan radio. Dia pun menghancurkan radio komunikasi yang ada di ruangan tersebut dengan gagang pistolnya. Setelah itu, Skorzeny pun bergegas menuju ruangan dimana Mussolini ditahan. Pasukan penjaga pun mulai mengejar Skorzeny dan kawanannya. Mereka pun bersiap menembak sebelum akhirnya kebingungan oleh kehadiran dan perintah Soleti yang meminta mereka untuk menahan tembakan mereka.
Skorzeny melumpuhkan dua orang penjaga yang berada di depan pintu kamar Mussolini, sebelum memasuki ruangan tersebut. Dia pun bertemu dengan sang diktator itu sendiri yang kaget dengan kehadiran Skorzeny yang tiba - tiba.
"Duce, sang Fuhrer mengirim saya ke sini untuk membebaskan anda!" seru Skorzeny ke Mussolini. "Aku tahu, sahabatku, Adolf tidak akan membuangku begitu saja," balas Mussolini.
Di saat Mussolini berada di luar hotel, para pasukan penjaga yang berada di hotel sudah kehilangan moral, dan dilucuti oleh pasukan Skorzeny yang semakin bertambah seiring mendaratnya lebih banyak pesawat layang Jerman. Sementara itu, pasukan di bawah gunung juga telah mengamankan stasiun kereta gantung.
Misi belum selesai. Skorzeny masih harus mengantar Mussolini keluar dari tempat ini hidup - hidup. Pesawat terbang Stork yang dinanti Skorzeny pun terlihat di udara. Skorzeny pun memberikan isyarat ke pesawat tersebut agar mendarat. Dia pun memerintahkan para pasukannya untuk membersihkan tempat pendaratan dari bebatuan dan serpihan bagian pesawat yang terlempar karena pendaratan yang kurang mulus.
Kapten Heinrich Gerlach, sang pilot pun mendaratkan pesawatnya. Dia adalah pilot pribadi Student. Skorzeny pun mengantar Mussolini ke pesawat tersebut. Pesawat terbang Stork tersebut hanya bisa dinaiki oleh dua orang, namun Skorzeny bersikeras, bahwa dia masih bertanggung jawab atas Mussolini dan tidak akan melepaskan pandangannya sampai mereka berdua sampai di Jerman dengan selamat. Dia tidak ingin memberitakan kepada Hitler bahwa penyelamatan Mussolini berhasil tapi berakhir di saat akan diantar keluar dari Gran Sasso, pesawat yang membawanya gagal lepas landas dan hancur di tebing gunung yang terjal. Dia memilih untuk ikut mati jikalau hal tersebut terjadi. Skorzeny akhirnya menumpang di bagasi pesawat.
Gerlach pun memang meragukan bahwa mereka bisa lepas landas dengan keadaan di sekitar Gran Sasso yang berbatu. Selain itu, di hadapannya, terdapat sebuah lubang yang besar dan dalam yang tidak tertangkap oleh foto - foto Skorzeny dua hari yang lalu.
Pesawat yang ditumpangi Skorzeny dan Mussolini benar - benar kelebihan beban. Kapten Gerlach, mengumpulkan seluruh keberaniannya, memulai proses lepas landas. Dia pun memacu mesin pesawat, sementara pasukan Skorzeny memegangi sayap pesawat tersebut untuk menjaga stabilitas pesawat.
Pesawat pun akhirnya siap untuk lepas landas. Sebelum pesawatnya menabrak lubang besar di hadapannya, Gerlach mengangkat pedal rem pesawat dengan sekuat tenaga, membuat pesawatnya melompati lubang tersebut, dan mendarat sempurna kembali. Dengan kecepatan yang kini cukup untuk lepas landas, Gerlach pun mengangkat pesawatnya dan bersiap mengudara. Pesawat tersebut melayang sejenak di udara sebelum menukik ke pinggir puncak gunung. Kondisi di bawah terlihat sangat mengkhawatirkan. Untungnya, Gerlach yang memang berpengalaman, berhasil mengangkat kembali pesawat tersebut sebelum akhirnya mengudara dengan sempurna.
Kram di bagasi yang sempit, Skorzeny mengalami penerbangan yang sangat tidak nyaman. Hanya ketika mereka sampai di landasan udara Practica yang dikuasai Jerman di Roma, Skorzeny bisa lega. Dari sana, Skorzeny dan Mussolini diterbangkan ke Sarang Serigala.
Atas penyelamatannya ini, Skorzeny dianugrahi Knight's Cross dan diangkat menjadi Mayor. Gerlach dan para pemain kunci dalam operasi ini juga mendapatkan penghargaan. Mussolini diangkat menjadi pemimpin Republik Sosialis Italia, sebuah negara boneka yang terdiri dari daerah Italia yang dikuasai oleh Jerman.
Sehari setelah dia kembali ke Jerman, Skorzeny dihubungi oleh Hitler.
"Kau telah melakukan sebuah aksi yang akan menjadi bagian dari sejarah. Kau telah mengembalikan rekanku, Mussolini," kata Hilter kepada Skorzeny.
Dalam satu malam, reputasi Skorzeny terangkat drastis. Dia menjadi layaknya selebritis, dan banyak yang menganggapnya sebagai pahlawan nasional. Operasi ini pun menarik perhatian pihak Sekutu. Winston Churchill, sang perdana menteri Inggris memuji Skorzeny sebagai seorang yang sangat berani. Penyelamatan yang diselesaikan tanpa ditembakkannya sebutir pun peluru ini akhirnya menjadi salah satu katalis yang menyebabkan Skorzeny disematkan julukan "Pria Paling Berbahaya di Eropa".
Demi kerahasiaan, Skorzeny ditugaskan di bawah kuasa Kurt Student, jendral dari Fallschirmjager, resimen penerjun payung Jerman. Setelah pertemuan di hari itu, Skorzeny dan anak buahnya serta badan intelijen Jerman mencari informasi dan menyusup darimanapun mereka bisa. Beberapa operasi penyelamatan telah dilancarkan, namun pada akhirnya, mereka selalu telat selangkah, karena musuh telah memindahkan target penyelamatan, Mussolini ke berbagai tempat di Italia.
Pertama, Mussolini dibawa ke pulau Ponza, dekat Naples. Lalu kemudian, ia dipindahkan ke sebuah markas Angkatan Laut Italia di La Maddalena, Sardinia. Skorzeny yang mendapatkan berita tersebut pun segera berangkat bersama anak buahnya ke pulau tersebut dengan pesawat terbang, namun berhasil ditembak oleh pesawat Sekutu. Skorzeny dan anak buahnya pun diselamatkan oleh sebuah kapal perang sebelum Mussolini akhirnya dipindahkan lagi.
Sementara itu, ada peristiwa baru yang menuntut Skorzeny untuk menuntaskan pekerjaannya lebih cepat. Pada tanggal 3 September 1943, pasukan sekutu telah menginvasi Italia, dan Badolio, sang perdana menteri baru telah memerintahkan pasukannya untuk berhenti melawan musuh mereka.
Informasi baru telah masuk ke badan intelijen Jerman. Mussolini dilaporkan berada di sebuah hotel di Gran Sasso yang merupakan puncak tertinggi gunung Apennine dan hanya bisa diakses dengan kereta gantung. Daerah yang berjarak seratus tiga puluh kilometer dari Roma itu dilindungi kurang lebih dua ratus lima puluh pasukan Italia.
Skorzeny, Student dan Harald Mors, salah seorang komandan Fallschirmjager pun membuat rencana penyelamatan. Rencana tersebut sederhana, namun sulit untuk dilakukan. Rencananya adalah sebagai berikut:
Dua belas pesawat layang DFS 230, yang membawa pasukan akan diterbangkan satu persatu ke atas Gran Sasso. Setiap pilot harus berusaha menerobos tekanan angin yang kuat di atas ketinggian 9.500 kaki dan mencoba mendarat di dekat hotel yang dikelilingi tebing terjal tersebut.
Saat sudah mendarat, pasukan tersebut harus menyusup dan menyelamatkan Mussolini sebelum ketahuan oleh para penjaga.
Pasukan bantuan akan datang dengan truk dan menjaga stasiun kereta gantung di bawah gunung.
Mussolini kemudian akan dibawa pergi dari Gran Sasso dengan pesawat terbang Stork.
Pada tanggal 10 September, Skorzeny menaiki pesawat terbang militer. Dia mengitari daerah sekitar atas hotel dan memotret titik - titik ia akan mendaratkan pesawat layangnya.
Tanggal 12 September pun menjadi hari dieksekusinya rencana tersebut. Pasukan penyelamat yangterdiri 108 personel yang berisi 81 penerjun payung serta Skorzeny, 25 orang anak buahnya, dan seorang "tamu" pun lepas landas dari bandar udara Practica di Roma. "Tamu" tersebut adalah Jendral Fernando Soleti, salah seorang petinggi polisi militer Italia yang telah diculik oleh Skorzeny. Kehadirannya diharapkan dapat membuat para pasukan penjaga mau bekerja sama, atau setidaknya, kebingungan.
Tidak ada waktu untuk membuat peta khusus untuk para pilot, sehingga mereka diperintahkan untuk mengikuti arah perjalanan pesawat layang yang dioperasikan oleh satu - satunya pilot yang mengetahui arah navigasi di daerah Gran Sasso yang diterbangkan paling depan.
Pada pukul satu siang, kejadian buruk menimpa Skorzeny. Dua pesawat layang terdepan pun terjatuh tidak lama setelah lepas landas. Pesawat Skorzeny yang berada di urutan ketiga mau tidak mau harus menjadi penunjuk jalan. Skorzeny kini mau tidak mau harus menjadi pemimpin operasi. Tanpa peta, Skorzeny pun mengeluarkan bayonetnya, lalu menorehkannya ke lantai pesawat, membentuk sebuah lubang penglihatan kecil. Lewat ingatannya akan penerbangannya pada dua hari yang lalu, dia pun memandu penerbangan pesawat layang yang ditumpanginya.
Dalam perjalanan, dua pesawat layang terpisah dari rombongan. Sekarang hanya ada delapan pesawat layang dalam operasi ini. Satu jam kemudian, pesawat layang yang mereka tumpangi hampir mendekati targetnya. Untuk menghindari suara pendaratan mereka terdengar oleh para pasukan penjaga, mereka pun mematikan mesin pesawat. Pesawat layang bersiap untuk mendarat tanpa suara, namun saat mereka semakin dekat dengan tempat pendaratan, Skorzeny baru menyadari, bahwa tempat tersebut lebih sempit dari yang ia duga. Tempat itu dipenuhi batu yang terjal.
Sudah terlambat untuk mundur. Skorzeny telah berjanji untuk membebaskan Mussolini apapun resikonya. Ia pun memerintahkan pilot untuk mendaratkan pesawatnya. Pendaratan yang penuh goncangan ini mengakibatkan pesawat layang Skorzeny berhenti kira - kira lima belas meter dari hotel.
Sehabis pendaratan yang tidak mulus itu, Skorzeny mendorong Jendral Soleti keluar dari pesawat. Saat dia mencoba keluar dari pesawatnya, dia melihat sosok Mussolini di jendela yang berada di lantai dua hotel. Skorzeny pun memerintahkan anak buahnya untuk segera berlari ke pintu masuk hotel.
Setelah memasuki hotel bersama anak buahnya dan Soleti, Skorzeny bergegas berlari menuju ruangan radio. Dia pun menghancurkan radio komunikasi yang ada di ruangan tersebut dengan gagang pistolnya. Setelah itu, Skorzeny pun bergegas menuju ruangan dimana Mussolini ditahan. Pasukan penjaga pun mulai mengejar Skorzeny dan kawanannya. Mereka pun bersiap menembak sebelum akhirnya kebingungan oleh kehadiran dan perintah Soleti yang meminta mereka untuk menahan tembakan mereka.
Skorzeny melumpuhkan dua orang penjaga yang berada di depan pintu kamar Mussolini, sebelum memasuki ruangan tersebut. Dia pun bertemu dengan sang diktator itu sendiri yang kaget dengan kehadiran Skorzeny yang tiba - tiba.
"Duce, sang Fuhrer mengirim saya ke sini untuk membebaskan anda!" seru Skorzeny ke Mussolini. "Aku tahu, sahabatku, Adolf tidak akan membuangku begitu saja," balas Mussolini.
Di saat Mussolini berada di luar hotel, para pasukan penjaga yang berada di hotel sudah kehilangan moral, dan dilucuti oleh pasukan Skorzeny yang semakin bertambah seiring mendaratnya lebih banyak pesawat layang Jerman. Sementara itu, pasukan di bawah gunung juga telah mengamankan stasiun kereta gantung.
Misi belum selesai. Skorzeny masih harus mengantar Mussolini keluar dari tempat ini hidup - hidup. Pesawat terbang Stork yang dinanti Skorzeny pun terlihat di udara. Skorzeny pun memberikan isyarat ke pesawat tersebut agar mendarat. Dia pun memerintahkan para pasukannya untuk membersihkan tempat pendaratan dari bebatuan dan serpihan bagian pesawat yang terlempar karena pendaratan yang kurang mulus.
Kapten Heinrich Gerlach, sang pilot pun mendaratkan pesawatnya. Dia adalah pilot pribadi Student. Skorzeny pun mengantar Mussolini ke pesawat tersebut. Pesawat terbang Stork tersebut hanya bisa dinaiki oleh dua orang, namun Skorzeny bersikeras, bahwa dia masih bertanggung jawab atas Mussolini dan tidak akan melepaskan pandangannya sampai mereka berdua sampai di Jerman dengan selamat. Dia tidak ingin memberitakan kepada Hitler bahwa penyelamatan Mussolini berhasil tapi berakhir di saat akan diantar keluar dari Gran Sasso, pesawat yang membawanya gagal lepas landas dan hancur di tebing gunung yang terjal. Dia memilih untuk ikut mati jikalau hal tersebut terjadi. Skorzeny akhirnya menumpang di bagasi pesawat.
Gerlach pun memang meragukan bahwa mereka bisa lepas landas dengan keadaan di sekitar Gran Sasso yang berbatu. Selain itu, di hadapannya, terdapat sebuah lubang yang besar dan dalam yang tidak tertangkap oleh foto - foto Skorzeny dua hari yang lalu.
Pesawat yang ditumpangi Skorzeny dan Mussolini benar - benar kelebihan beban. Kapten Gerlach, mengumpulkan seluruh keberaniannya, memulai proses lepas landas. Dia pun memacu mesin pesawat, sementara pasukan Skorzeny memegangi sayap pesawat tersebut untuk menjaga stabilitas pesawat.
Pesawat pun akhirnya siap untuk lepas landas. Sebelum pesawatnya menabrak lubang besar di hadapannya, Gerlach mengangkat pedal rem pesawat dengan sekuat tenaga, membuat pesawatnya melompati lubang tersebut, dan mendarat sempurna kembali. Dengan kecepatan yang kini cukup untuk lepas landas, Gerlach pun mengangkat pesawatnya dan bersiap mengudara. Pesawat tersebut melayang sejenak di udara sebelum menukik ke pinggir puncak gunung. Kondisi di bawah terlihat sangat mengkhawatirkan. Untungnya, Gerlach yang memang berpengalaman, berhasil mengangkat kembali pesawat tersebut sebelum akhirnya mengudara dengan sempurna.
Kram di bagasi yang sempit, Skorzeny mengalami penerbangan yang sangat tidak nyaman. Hanya ketika mereka sampai di landasan udara Practica yang dikuasai Jerman di Roma, Skorzeny bisa lega. Dari sana, Skorzeny dan Mussolini diterbangkan ke Sarang Serigala.
Atas penyelamatannya ini, Skorzeny dianugrahi Knight's Cross dan diangkat menjadi Mayor. Gerlach dan para pemain kunci dalam operasi ini juga mendapatkan penghargaan. Mussolini diangkat menjadi pemimpin Republik Sosialis Italia, sebuah negara boneka yang terdiri dari daerah Italia yang dikuasai oleh Jerman.
Sehari setelah dia kembali ke Jerman, Skorzeny dihubungi oleh Hitler.
"Kau telah melakukan sebuah aksi yang akan menjadi bagian dari sejarah. Kau telah mengembalikan rekanku, Mussolini," kata Hilter kepada Skorzeny.
Dalam satu malam, reputasi Skorzeny terangkat drastis. Dia menjadi layaknya selebritis, dan banyak yang menganggapnya sebagai pahlawan nasional. Operasi ini pun menarik perhatian pihak Sekutu. Winston Churchill, sang perdana menteri Inggris memuji Skorzeny sebagai seorang yang sangat berani. Penyelamatan yang diselesaikan tanpa ditembakkannya sebutir pun peluru ini akhirnya menjadi salah satu katalis yang menyebabkan Skorzeny disematkan julukan "Pria Paling Berbahaya di Eropa".