Baik sebelum maupun setelah flmnya ditayangkan dilayar perak, flm Soekarno dirundung kontroversi. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini menuai protes yang vokal dari Rachmawati Soekarnoputri, salah seorang putri dari presiden pertama Indonesia, Soekarno yang kehidupannya menjadi titik sorot utama flm ini. Awalnya, Rachmawati, selaku kepala YPS (Yayasan Pendidikan Soekarno) sepakat untuk bekerja sama dengan Multivision Plus yang memproduseri flm ini. Kesepakatan tersebut diakui oleh Rachmawati telah mengamini keterlibatannya dan YPS dalam penyusunan script dan pemilihan pemeran Soekarno, namun ia menyebutkan bahwa syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi oleh Hanung dan Raam Punjabi, pemilik Multivision Plus. Memang, Hanung memilih Ario Bayu untuk memerankan sosok presiden pertama Indonesia tersebut, ketimbang Anjasmara yang dijagokan oleh Rachmawati. Anjasmara sendiri sempat memerankan Soekarno dalam pentas teater Dharma Gita Maha Guru yang disutradarai oleh Rachmawati sendiri. Selain itu, Rachmawati juga menyebutkan bahwa script yang dibuat tidak sesuai dengan fakta sejarah. Salah satu bagian cerita yang ia sorot adalah ketika Soekarno ditampar hingga jatuh oleh tentara Jepang. “Konten tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Contohnya, Bung Karno digambarkan ditempeleng tentara Jepang hingga terjatuh,” sebutnya.Merasa tidak sejalan, Rachmawati pun memutuskan untuk membatalkan kerjasama dengan Multivision Plus. Ia juga meminta agar produksi flm ini dihentikan karena Hanung tidak lagi memiliki izin dari dirinya selaku keluarga Soekarno. Namun, produksi flm tetap berjalan dan Rachmawati yang mengaku merasa tersinggung pun melaporkannya ke Polda Metro Jaya pada September lalu. Hal tersebut tidak menghalangi penyelesaian flm hingga akhirnya mulai ditayangkan di bioskop pada tanggal 11 Desember lalu.
Rachmawati pun tetap pada pendiriannya, dan menuntut Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk mengeluarkan surat perintah untuk menarik film tersebut dari peredaran. Respon berbeda diberikan oleh anak-anak Soekarno yang lain. Karina Kartika Sari Dewi Soekarno, Guntur Soekarnoputra, dan Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri yang hadir pada gala perdana Soekarno di Epicentrum XXI menunjukkan apresiasi yang cukup baik atas flm ini.“Kalau ditanya bagaimana flm Soekarno ini, saya katakan sudah baik, namun belum cukup baik jika disejajarkan dengan flm-flm biograf lain,” sebut Guntur.
Sumber : Ebook Jasmerah edisi Desember 2013, Hal 54.